Minggu, 14 Desember 2008

Mengenang H. Ahmad Djunaid

Lintas Tiga Generasi di Koperasi

Mengenang H. Ahmad Djunaid
Generasi muda koperasi, mungkin tak pernah mengenal H. Ahmad Djunaid, yang meninggal dunia tahun 1982. Tak demikian dengan tokoh tua yang berkiprah di koperasi, misalnya di Jakarta, setidaknya pasti pernah mendengar akan namanya. Apalagi di tanah kelahirannya-Pekalongan, tentu tidak asing lagi.
Djunaid, yang punya keturunan sepuluh orang putra-putri serta sejumlah cucu, semasa hidupnya berkiprah di koperasi, sampai akhir hayatnya. Ada tiga koperasi sekaligus dipimpinnya sejak tahun 1952 hingga tahun 1982. Dua di Pekalongan, yaitu Koperasi Batik PPIP (Persatuan Pembatikan Indonesia Pekalongan), Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa), dan satu di Jakarta, Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI).

Dua diantara yang pernah dipimpinnya ini, telah tumbuh menjadi koperasi-koperasi raksasa dilihat dari besar asetnya. GKBI misalnya, selain memiliki sebuah gedung pencakar langit betingkat 34, di Jl. Sudirman Jakarta Pusat, juga punya selusin pabrik tekstil yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Cirebon, Pekalongan, Batang dan Yogyakarta. Asetnya sudah mencapai tiga triliun rupiah, dan merupakan koperasi paling kaya di tanah air.

Begitu pula dengan Kospin Jasa, yang dulu pendiriannya diprakarsai beliau, merupakan koperasi simpan pinjam terbesar di Nusantara. Kantor cabangnya tak kurang dari 57 unit, tersebar mulai dari Banten hingga di Jawa Timur. Asetnya sudah menunjuk angka satu triliun rupiah.

Uniknya, dua koperasi maha besar ini, justru dipimpin oleh dua orang generasi penerusnya. Yakni Noorbasha Djunaid (putra pertama) di GKBI dan A. Zaky Arslan Djunaid (putra ketiga) di Kospin Jasa. Lintas tiga generasi telah terjadi di keluarga Djunaid. Sebab satu diantara cucunya, yaitu Andi-putra Zaky Arslan juga mengikuti jejak kakeknya, dan sekarang memimpin Kospin Jasa, cabang Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Djunaid, juragan batik di Pekalongan yang lahir 17 Agustus tahun 1921, memulai karirnya di koperasi, dengan jalan mendirikan Primer Koperasi Batik PPIP tahun 1952. Sukses memimpin koperasi ini, menghantarkannya menjadi orang nomor satu di koperasi tingkat nasional GKBI tahun 1957, dan berlanjut hingga tahun 1978. Dalam polesan tangannyalah GKBI pertama kali melambung menjadi pelaku ekonomi handal dibidang perdagangan tekstil.

Kepiawaiannya melobi para petinggi negara, terutama Wakil Presiden Bung Hatta, yang juga Bapak Koperasi, telah menghantarkan GKBI ketiban durian runtuh. Oleh pemerintah ditunjuk menjadi pelaku importir tunggal tekstil, terutama untuk bahan baku kain mori, serta obat-obatan yang berkaitan dengan pembuatan tekstil. Pada dekade lima hingga tahun tujuhpuhan GKBI sudah masuk perusahaan papan atas. Di mana-mana pabrik tekstilnya ada. Sebut saja misalnya PT Medarindoteks, PT Primissima (keduanya di Yogyakarta), PT Dainichi dan PT Promatexco di Batang, itu didirikan semasa masih kepemimpinannya. Melalui kejayaan GKBI, primer koperasi batik anggotanya turut pula menikmati manisnya perdagangan tekstil.

Ibnoe Soedjono, Dirjen Koperasi waktu itu bercerita, GKBI bisa menimbun harta kala itu, tak terlepas dari andil besar Djunaid. Buah pikirannya yang cukup brilian, telah membawa GKBI tumbuh kokoh tak tergoyahkan. Merasa monopoli importir tunggal tidak selamanya dinikmati, sejak pagi-pagi Djunaid sudah mengantisipasinya. Kesempatan yang diberikan, memang tidak dibiarkan berlalu begitu saja. Sari madunya sempat di endapkannya untuk bekal dikemudian hari.

Kalaupun kemudian GKBI sempat jatuh-bangun, dan nyaris asetnya disita akibat terlilit hutang, setelah beliau meninggal dunia, itu merupakan kecelakaan ekonomi di luar jangkauan. Yang pasti, GKBI sekarang ini ditangan generasi penerusnya terus menanjak bertengger di singgasana.

Djunaid telah mewariskan tatanan ekonomi kerakyatan yang monumental berbasis koperasi. Berkat kebijakannya mengatur penyaluran bahan baku batik kepada anggotanya, koperasi-koperasi batik di mana-mana mampu mendirikan pabrik-pabrik Cambrics. Soal pabrik itu kini banyak menjadi besi tua, tuntutan zamanlah yang menghendakinya.

Dimata Ibnoe Soedjono, Djunaid yang sudah dikenalnya sejak masih sekolah di Pekalongan, adalah “orang kuat”. Seorang tokoh koperasi yang tetap konsisten berjalan dikoridornya. Dalam menjalankan usaha koperasi, tidak sekalipun melanggar rambu-rambu, sesuai jatidirinya. “Sesungguhnya, kita telah kehilangan seorang panutan dibidang koperasi” ujarnya.

Orang pertama dari gerakan koperasi yang pernah memperoleh bintang jasa dari pemerintah R.I. berupa Satya Lencana Pembangunan adalah Ahmad Djunaid. Kata Ibnoe, dia pulalah yang waktu itu mengusulkannya, mengingat jasa-jasa beliau yang memang sukses mengembangkan koperasi. Bintang jasa itu diperoleh tahun 1972. Djunaid adalah juga satu di antara penerima penghargaan Hatta Nugraha.

Sisi lain yang juga patut dikenang dari beliu, adalah buah pikiran yang mempersatukan tiga etnis di Pekalongan. Pribumi, Cina dan Arab diajak bersatu padu - berhimpun dalam wadah koperasi. Itulah Kospin Jasa, koperasi simpan pinjam paling populer di tanah air. Hingga kini tiga suku bangsa ini tetap mewarnai keanggotaan koperasi ini. “Termasuk dalam struktur kepengurusannya” tutur Sachroni, Sekretaris Umum Kospin Jasa.

Djunaid memang pantas jadi panutan. Meskipun kaya dan pebisnis ulung, ia juga seorang muslim yang soleh. Sebagai gambaran, karyawan yang menerima gaji, sebelum dibawa ke rumah selalu disarankannya untuk menyisihkan zakat. Hal senada juga diutarakan oleh Rofiqur Rusdi, Sekretaris Koperasi Batik PPIP yang juga didirikannya, sejumlah aset koperasi ini berupa bangunan dan tanah diberikan untuk pendidikan muslim. Ada Madrasah, SMU Muslim, TK Muslim dan tempat ibadah.

Djunaid yang punya tujuh saudara kandung dari ayah bernama Nurwiryo Atmojo dan ibu Munjiati, adalah pemuda pejuang, yang ikut memanggul senjata zaman kemerdekaan. Semasa hidupnya, sejumlah negara telah dikunjunginya demi mengembangkan perkoperasian. Antara lain Amerika Serikat, Swedia, Denmark, Jerman, Norwegia, Saudi Arabia dan negara-negara Asean.

(http://www.majalah-pip.com/majalah2008/readstory.php?cR=1226782824&pID=5&stID=221)

Jumat, 28 November 2008

Tuhan Sembilan Senti

Berikut ini adalah puisi dari Taufiq Ismail tentang rokok, menurut saya cukup mewaikili perasaan saya terhadap para perokok, jadi silakan buat teman-teman lain untuk menikmatinya juga...


Tuhan Sembilan Senti

Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak
merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang
tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula
merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orangbergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin
paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya, pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar
perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang
kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati
karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Selasa, 11 November 2008

Achmad Djunaid dan Kospin Jasa

Tulisan ini saya ambil dari situs milik Kospin Jasa, bercerita tentang Achmad Djunaid, salah satu tokoh yang dulu pernah gigih memperjuangakan koperasi agar bisa maju dan berkembang...


Bagi masyarakat Pekalongan, nama H.A Djunaid dikenal sebagai orang yang melegenda .Salah satu monumen ekonomi yang dibangun bersama beberapa pengusaha etnis Arab dan Cina adalah Kospin Jasa, yang sekarang menjadi koperasi simpan-pinjam terbesar di Indonesia.


"Di antara tamu-tamu yang duduk di lobi sebuah kantor Kementerian, lelaki itu tampak duduk tenang. Mengenakan stelan semi jas yang diterika rapi dan bersepatu mengkilat. Matanya rajin memperhatikan tiap orang yang keluar-masuk ruangan, tempat Pak Menteri menerima para tamunya. Begitu dia mengenali seorang ajudan, hatinya merasa lega. Dia tahu benar bagaimana cara memotong jalur protokoler yang sering bertele-tele untuk bertemu seorang Menteri. Itu salah satu keahlian Pak Djunaid. Urusan yang bagi orang lain mesti memakan waktu lama, bisa dipersingkat lewat lobi oleh Pak Djunaid," tutur H. Mukmin Bakri, seorang saksi hidup berdirinya Kospin Jasa.


Para pengusaha Pekalongan, yang kebanyakan adalah pengusaha batik dan tekstil, bergabung dalam Koperasi PPIP (Pengusaha Perbatikan Indonesia Pekalongan). Koperasi yang didirikan pada 1948 ini, tutur Mukmin, mulai limbung perkembangannya pasca G30S/PKI 1965. Dekade 1950 960-an masa kejayaan koperasi. Kegiatan ekonomi kerakyatan digerakkan oleh koperasi-koperasi,


Bung Hatta yang kala itu menjadi Wakil Presiden, sangat gigih memperjuangkan koperasi. Di sinilah hubungan Bung Hatta dengan tokoh-tokoh koperasi seperti Djunaid, terjalin amat akrab dan mesra. Hubungan akrab Pak Djunaid bukan hanya dengan Bung Hatta, tapi juga dengan para menteri. Mereka sangat konsern pada koperasi, kisah Mukmin, yang pernah menjadi Ketua Kospin Jasa itu.


Keadaan ekonomi berubah seiring bergantinya kekuasaan dari pemerintah Orde Lama ke Orde Baru, yang dikomando oleh Presiden Soeharto. Kejayaan koperasi menyurut drastis. Roda ekonomi bukan lagi digerakkan oleh ekonomi kerakyatan yang berbasis koperasi, malainkan konglomerasi yang serba membutuhkan modal sangat besar, tutur Adi Sasono, Menteri Koperasi pada periode Presiden Habibie.


Untuk mengembangkan diri menjadi besar, koperasi butuh modal besar pula. Menjelang tahun 1970-an, memang sangat dilematis, kata Mukmin. Di satu pihak koperasi susah untuk mengurus diri sendiri, di lain pihak mereka harus bersaing dengan para perusahaan besar (multinasional) yang memperoleh fasilitas dana dan berbagai kebijakan dari pemerintah.

Bank-bank yang ada, terutama bank-bank pemerintah waktu itu seperti BRI, bukan lembaga keuangan yang dekat dengan koperasi. Makanya, cita-cita Pak Djunaid waktu itu sebenarnya mendirikan bank sendiri, khususnya untuk para pengusaha Pekalongan, tutur Mukmin. Cita-cita itu bagai menggantang asap. Alasannya, kata Mukmin, Mana mungkin awal 1970-an orang bisa bikin bank sendiri.


Dalam keadaan buntu itulah, Djunaid menempuh terobosan yang menentukan. Beberapa pengusaha yang pernah diajak berembuk untuk membuka bank, dia yakinkan untuk untuk mendirikan koperasi simpan-pinjam. Jadilah, Kospin Jasa. Nama itu atas usul Pak Mirza, tutur Mukmin mengingatkan. Mirza yang dimaksud adalah Mirza Djahri, yang juga pernah menjadi Ketua Kospin Jasa, menggantikan H.A. Djunaid yang meninggal pada 1982.


Ketokohan Djunaid yang dikenal sebagai orang kaya di Pekalongan, makin mencorong. Namun, bukan berarti perjalanan Kospin Jasa begitu saja mulus. Banyak orang yang ragu, karena belum ada bukti koperasi simpan-pinjam itu bisa besar, kata Mukmin.


Tak sedikit pula yang melontarkan kelakar bernada sinis; di saat orang butuh modal, malah disuruh menyimpan. Mukmin bercerita, di kalangan para pengusaha batik sendiri bahkan banyak yang mau pinjam uang dulu, lalu dengan uang pinjaman itu mereka akan ikut iuran menjadi anggota Kospin Jasa.

Terlebih lagi, para pengusaha yang diajak Djunaid bukan cuma terbatas pada pengusaha batik (pribumi) Pekalongan, tapi juga kalangan Arab dan Cina. Menurut Mukmin, itu sebenarnya konsern Djunaid pada keadaan ekonomi secara umum. Jadi, bukan hanya melulu problem ekonomi orang pribumi Pekalongan saja, katanya.

Alasan lain menyebutkan, itu justru menunjukkan luasnya pergaulan dan gagasan Djunaid untuk membangun ekonomi kerakyatan Indonesia. Ekonomi kerakyatan Indonesia tak lain adalah koperasi itu. Pak Djunaid itu memang orang koperasi. Kalau bicara ekonomi, tentu dari sudut koperasi, tutur Sachroni, Sekretaris Kospin Jasa, yang direkrut menjadi pegawai Kospin Jasa sejak Februari 1974.


Realitas sosial masyarakat Pekalongan era 1960-an agaknya juga ikut menjadi pertimbangan Djunaid untuk menyatukan semua potensi ekonomi dalam sebuah koperasi, baik pribumi, Arab, mau pun Cina. Hubungan sosial ketiga etnis itu memang tidak semesra sekarang. Kalau berantem terus, kapan kita bisa membangun masyarakat lewat ekonomi,tutur Zaky Arslan, Ketua Kospin Jasa, yang pada dekade 1960-an aktif dalam ormas pelajar Islam.



(sumber : http://www.kospinjasa.com/berita-dari-majalah-masa/kecelakaan-sejarah-yang-indah.html )


Senin, 03 November 2008

IMPLEMENTASI ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) DAPAT MENAJADIPENGGERAK DALAM PERBAIKAIN PROSES BISNIS DAN PERUBAHAN BUDAYA PERUSAHAAN

Dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat, untuk tetap dapat mempertahankan kualitas dan meningkatkan efesiensi sehingga mendapatkan kualitas produk yang lebih baik dan kompetitif di pasar, perbaikan yang terus menerus (continuous improvement) terhadap proses bisnis harus selalu dilakukan.

Business Process Reengineering is an organizational method demanding radical redesign of business process in order to achieve greater efficiency, better quality, and more competitive production”[Hammer dan Champy, 1993, dikutip oleh Bosilj-Vuksic dan Spremic, 2004].

Salah satu cara melakukan perbaikan proses bisnis adalah dengan melakukan dan menerapkan sistem teknologi informasi yang tepat guna.

Information technology (IT) is the most important factor in enabling newly design processes. Modern information technology is oriented towards business processes and communications between person using these processes and is therefore called process and information technology” [Ould, 1995, dikutip oleh Bosilj-Vuksic dan Spremic, 2004]

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang di dalamnya termasuk teknologi komputer baik piranti lunak maupun piranti keras, telah mengalami perkembangan yang cukup pesat selama tiga dasawarsa terakhir ini.

Electronic communication technologies are arguably the strongest driver of change in the last decade of the millennium. During this short period, there is a remarkable series of radical shifts in telecommunications technology and infrastructure.”[Giarini, 1998].

Dahulu komputer hanya digunakan untuk mesin hitung sederhana dan menyita banyak tempat. Dewasa ini komputer menjadi semakin praktis dengan kemampuan yang jauh lebih besar sehingga mudah untuk digunakan dan mampu untuk melakukan perkerjaan yang lebih kompleks.

ERP stands for Enterprise Resource Planning is a way to integrate the data and processes of an organization into a single system.”[Tech FAQ, 2008].

ERP dapat tumbuh dan berkembang karena perkembangan teknologi informasi yang pesat. Hal ini menjadi menarik untuk diamati, karena dengan perkembangan teknologi informasi, akan semakin memudahkan suatu perusahaan untuk menerapkan ERP dalam mengatur usahanya. Penerapan sistem ERP juga akan mendorong perubahan budaya dalam perusahaan, sebagai contoh database perusahaan, yang sebelumnya bersifat sektoral tiap departemen menjadi global lintas departemen atau juga sering disebut sebagai unified database system.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana ERP ini berpengaruh terhadap perbaikan proses bisnis dan juga budaya pada suatu perusahaan. Makalah ini ditulis untuk melihat lebih dalam bagaimana ERP dapat menjadi penggerak dalam perbaikan proses bisnis yang kemudian secara tidak langsung merubah budaya dalam suatu perusahaan.

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

Enterprise resource planning atau ERP adalah merupakan istilah dalam dunia industri yang mencakup semua aktivitas, dengan bantuan piranti lunak, untuk mengatur beberapa fungsi bisnis suatu usaha yang mencakup perencanaan produk, pembelian, inventori, pemasok, pembeli, serta order tracking [Klaus et al., 2000, dikutip oleh Chandahar dan Rahmati, 2004]. ERP juga disebut sebagai pendekatan terstruktur untuk mengoptimalkan rantai proses bisnis dalam suatu perusahaan [Wang dan Nah, 2001].

Kunci dari keberhasilan penerapan ERP adalah integrasi. Tujuan utama dari penerapan ERP adalah menyatukan semua data dan proses dalam sistem tunggal [Tech FAQ, 2008].Sistem ERP memfasilitasi arus informasi dari berbagai macam fungsi yang berbeda di perusahaan, juga memungkinkan berbagi informasi dari unit-unit usaha yang secara geografis terpisah [Markus et al, 2001, dikutip oleh Boilj-Vuksic dan Spremic, 2004].

Stave Tramell [2008] dalam presentasinya menyederhanakan bahwa yang disebut ERP adalah :

1. Berbagai macam data dan proses yang diolah dalam satu sistem tunggal

2. Basis data tunggal yang digunakan untuk berbagai macam keperluan

3. Proses lintas departemen untuk melakukan sebuah proses bisnis

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan mengimplementasikan ERP menurut Stave Tramell [2008] diantaranya adalah :

1. Menfasilitasi antar departemen untuk dapat saling berkomunikasi dan berbagi informasi

2. Proses bisnis dapat dilihat secara holistik dalam satu sistem

3. Proses entri data yang lebih teratur dan konsisten untuk semua departemen

4. Semua departemen mendapatkan suplai informasi dari sumber yang sama.

Hal ini tidak berbeda dengan apa yang ditulis oleh Ross dan Vitalle dalam makalahnya yang dikutip oleh Chandahar dan Rahmati [2004] mengenai kebutuhan perusahaan untuk menerapkan system ERP dalam proses bisnis mereka.

“There were six main reason that emphasized the need for ERP systems. Firstly companies require a common database, secondly they went to improve and standardise their process, thirdly they require ongoing monitoring; fourthly, cutting down the operating cost, fifthly improving relations with customer and supplier, finally improving their decision making capability.”

Menurut Kalakota dan Robinson dalam makalah yang ditulis oleh Boilj-Vuksic dan Spremic [2004] evolusi sistem ERP dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

1. manufacturing integration,

2. enterprise integration,

3. customer-centric integration,

4. inter-enterprise integration.

PERAN ERP DALAM PERBAIKAN PROSES BISNIS

Proses bisnis adalah suatu kumpulan pekerjaan yang saling terkait untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Suatu proses bisnis dapat dipecah menjadi beberapa subproses yang masing-masing memiliki atribut sendiri tapi juga berkontribusi untuk mencapai tujuan dari superprosesnya. Analisis proses bisnis umumnya melibatkan pemetaan proses dan subproses di dalamnya hingga tingkatan aktivitas atau kegiatan.[ Wikipedia, 2008].

A business process is a collection of activities designed to produce a specific output for a particular customer or market” [Sparx Sytem, 2004].

Perbaikan proses bisnis menurut Michael Hammer dan James Champy dalam bukunya Re-engineering the Corporation menyatakan :

" Suatu pemikiran mendasar dan redesain secara radikal dari proses bisnis untuk mencapai perbaikan yang dramatis dalam ukuran kinerja sesuai dgn keadaan masa kini dan masa datang seperti biaya, kualiatas, service dan kecepatan. Proses disini bukan suatu langkah kecil tapi lompatan besar sebagai contoh perbaikan product development cycles mencapai 50 %, Order to delivery time dari satu bulan menjadi satu hari .” [Wibowo, 2008].

Sementara Boilj-Vuksic dan Spremic [2004] mengutip tulisan Tumay membuat pernyataan yang lebih sederhana untuk menggambarkan perbaikan proses bisnis adalah sebagai menciptakan cara baru dalam melakukan usaha yang berbeda dari yang biasanya dilakukan.

“BPR (Business Process Reengineering) has become one of the most popular topics in organizational management, creating new ways of doing business.

Pada masa lalu sebuah perusahaan biasanya memutuskan proses bisnis yang akan dilakukan baru kemudian memilih paket piranti lunak yang cocok. ERP berlaku sebaliknya, dimana proses bisnis yang harus dimodifikasi untuk bisa sesusai dengan sistem. [Boilj-Vuksic dan Spremic, 2004].

“Companies are eliminating disintegrated legacy systems by replacing them with Web-enabled, integrated ERP systems. These integrated systems become part of the overall business strategy that connects an enterprise with its suppliers and customers, and transforms the entire value chain”[Wang dan Nah, 2001].

Mengimplementasikan sistem ERP sering mengharuskan perusahaan untuk merubah proses bisnis yang selama ini sudah berjalan agar sesuai dengan sistem yang baru. [Yakovlev, 2002]. Namun begitu Yakovlev [2002] juga menegaskan bahwa tantangan terbesar dalam melakukan perubahan proses bisnis adalah meninggalkan kebiasaan lama yang tidak efisien, tetapi nyaman untuk digunakan, kepada fungsi-fungsi baru yang ditawarkan oleh sistem.

ERP menawarkan fungsi-fungsi baru yang lebih efisien dengan sistem basis data tunggal dan memungkinkan transaksi lintas departemen menjadi lebih cepat. Sistem ini akan memaksa perusahaan untuk meninggalkan sistem lama yang tidak efisen. Proses bisnis dalam perusahaan dengan sendirinya akan berubah dari yang semula bersifat parsial per departemen menjadi sebuah sistem yang bersifat terpadu lintas departemen.

PENGARUH ERP DALAM PERUBAHAN BUDAYA PERUSAHAAN

Budaya adalah sebuah nilai dan perbuatan yang diyakini dan dilakukan oleh sekelompok orang. Budaya perusahaan adalah nilai dan perbuatan yang diyakini dan dilakukan oleh karyawan dalam suatu perusahaan [Reh, 2008].

A company's culture is its personality. It tells people how to do their work. It takes its signals from leaders. It underlies motivation, morale, creativity, and marketplace success.” [Phegan, 1996].

Budaya perusahaan dan karyawan saling mempengaruhi satu sama lain. Idealnya adalah budaya perusahaan tidak terpengaruh oleh datang dan perginya karyawan. Tetapi tidak menutup kemungkinan budaya perusahaan itu akan berubah seiring dengan kedatangan karyawan baru. Budaya perusahaan juga dipengaruhi beberapa faktor lain diantaranya adalah regulasi dan situasi perekonomian.

Company cultures evolve and they change over time. As employee leave the company and replacements are hired the company culture will change. If it is a strong culture, it may not change much. However, since each new employee brings their own values and practices to the group the culture will change, at least a little. As the company matures from a startup to a more established company, the company culture will change. As the environment in which the company operates (the laws, regulations, business climate, etc.) changes, the company culture will also change. [Reh, 2008].

Penerapan ERP tidak akan menimbulkan dampak yang signifikan apabila tidak diikuti oleh perubahan budaya dan kebiasaan dalam manajemen serta penyesuaian peraturan perusahaa [Boilj-Vuksic dan Spremic, 2004].

“One of the most important traits that an organization should have when implementing an ERP system is ownership of the project. Because so many changes take place and its broad effect on almost every individual in the organization, it is important to make sure that everyone is on board and will help make the project and using the new ERP system a success.” [Tech FAQ, 2008].

ERP akan menjadi tidak berguna ketika proses bisnis masih dijalankan dengan sistem lama yang tidak efesien. [Boilj-Vuksic dan Spremic, 2004].

Penerapan ERP dalam sebuah perusahaan akan membuat sistem yang didalamnya ikut menyesuaikan. Budaya sebuah perusahaan juga akan dipaksa berubah seiring dengan diimplementasikannya ERP dalam sistem. Sistem ERP akan berhasil diterapkan ketika budaya dalam perusahaan itu berubah. Dalam kata yang lain, perubahan adalah suatu keharusan bagi sebuah perusahaan yang menerapkan sistem ERP.

KESIMPULAN

“Today, extended ERP systems with front-end e-business connect an organization’s “front office” (customer facing) and “back office” (business processes) operations to meet its global emerging market” [ Wang dan Nah, 2001]

Penggunaan Web sebagai bagian dari proses bisnis merupakan salah satu perubahan yang disebabkan oleh penerapan ERP

“If you’re not doing business on the Web, you’ll miss the boat. It’s the wave of the future”[Hamm, 2000, p.117, dikutip oleh Wang dan Nah, 2001].

Penerapan sistem ERP secara signifikan berdampak pada budaya perusahaan, struktur organisasi, proses bisnis dan prosedur dan peraturan dalam sebuah perusahaan [Boilj-Vuksic dan Spremic, 2004].

Referensi:

Bosilj-Vuksic, V. dan Spremic M. 2004. ERP System Implementation and Business Process Change: Case Study of a Pharmaceutical Company.[online : diakses 20 Oktober 2008]

URL: http://web.efzg.hr/dok/INF/Spremic/ERP-PLIVA-Case-Study-FINAL.pdf

Chandahar, M. dan Rahmati, N. Impact of National Culture on ERP Systems Success [online: diakses 21 Oktober 2008]

URL: http://www.cs.berkeley.edu/~benr/publications/auscc04/papers/chadhar-auscc04.pdf

Giarini, J., 1998. How Electronic Communication Thechnologies Change The Way People Communicate and Collaborate. Diktat Kuliah 2008.

Phegan, B. 1996. Developing Your Company Culture-The Joy of Leadership. [online : diakses 25 Oktober 2008]

URL : http://www.companyculture.com/basics/whatis.htm

Reh, F., 2008. Company Culture. [online : diakses 28 Oktober 2008]

URL : http://management.about.com/cs/generalmanagement/a/companyculture.htm

Sparx System, 2004. The Business Process Model. [online: diakses 28 Oktober 2008]

URL: http://www.sparxsystems.com.au/downloads/whitepapers/The_Business_Process_Model.pdf

Tech FAQ, 2008. What is ERP?. [online, diakses 1 Nopember 2008]

URL : http://www.tech-faq.com/erp.shtml

Trammel, S. 2008. See Business Intelligence and Enterprise Resource Planning in New Light [online : diakses 29 Oktober 2008]

URL : http://gis.esri.com/library/userconf/biz-summit08/papers/Industry%20Best%20Practices%20and%20Approaches/see_bi_and_erp_in_a_new_light.pdf

Wang, B. dan Nah, F. 2001. ERP + E- Business = A New Visiob of Enterprose System. [online : diakses 25 Oktober 2008]

URL : http://www.idea-group.com/downloads/excerpts/IRM1931777063.pdf

Wibowo, T. 2008. Sistem Terintegrasi. [online : diakses 27 Oktober 2008]

URL : http://sistemterintegrasi.blogspot.com/2007/02/contoh-proses-bisnis-di-manufaktur.html

Wikipedia, 2008. Proses Bisnis.[online, diakses 1 Nopember 2008]

URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_bisnis

Yakovlev, I. 2002. An ERP Implementation and Business Process Reengineering at a Small University [online : diakses 2 Nopember 2008]

URL : http://net.educause.edu/ir/library/pdf/eqm0227.pdf

Rabu, 13 Agustus 2008

TulISAN Pertama

Alhamdulillah, kesampaian juga buat blog... tapi bingung mau nulis apa. :)